Senin, 06 Februari 2012

100 Hari Tanpa Hape, Gimana Ya?

Assalamualaikum…
Hai guys, apa kabar nih? Pasti baik-baik aja kan?
Oh ya, aku mengangkat ini topik gara-garanya denger Radio Kencana yang lagi bahas ini hari Senin minggu lalu. Sebenarnya aku mau ngepost ini uda lama, tapi berhubung baru sempet sekarang. Maaf ya.. Jadi gini, katanya, di Korea Utara (kalo gak salah) dan sama negara apa gitu lupa aku namanya, memberlakukan 100 hari tanpa handphone. Hal ini dilakukan saat berkabung gitu. Mereka menonaktifkan handphone mereka masing-masing dan menaruhnya di laci, pokoknya mereka gak boleh megang apalagi menggunakannya. Wah, kalau itu diberlakukan di Indonesia gimana ya jadinya? Mungkin ada yang seneng banget, biasa aja, atau mungkin bakalan protes berat. Tapi, pasti di antara kalian bakalan banyak yang protes ya? *arrrggghhhh….. ya iyalah meg. Secara sekarang kan jamannya teknologi maju, masa mau kembali kayak jaman dulu… Aku aja gak megang hape sehari aja kayak mau mati, kayak ada yang hilang gitu kok. Apalagi 100 hari coba? Bisa mati beneran aku, Meg. Oke, oke tapi bingung gak jelas gitu dong dan uda mikir yang enggak-enggak. Coba kita pikirkan segala sesuatunya dari sudut pandang yang berbeda. Oke, sekarang aku mau nyoba menguraikan hal buruk yang bakal terjadi apabila ‘100 hari tanpa handphone’ diberlakukan di Indonesia.
1. Susah komunikasi
Yah, ini mungkin hal yang utama banget apabila ‘100 hari tanpa handphone’ diberlakukan. Kan secara ya, handphone adalah sarana untuk berkomunikasi yang gampang dibawa ke mana-mana, gak usah terikat oleh seutas kabel. Yang punya pacar, bakalan susah tuh untuk hubungi pacarnya, Tanya sedang ngapain beb? Udah makan apa belum? Dan lain-lain deh. Kalau yang masih tahap pedekate, bakalan susah tuh untuk sms ato telpon langsung ke handphonenya dia, dan pastinya bakalan males untuk telpon ke rumahnya dia, takutnya ntar bakalan ditanyain macem-macem sama ortunya dia. Bener kan?
2. Yang punya usaha jualan pulsa, bakalan rugi nih
Wah, yang punya usaha ini, bakalan paling protes berat ini. Gimana gak rugi coba? Kan yang pake handphone jadi gak ada, pulsa pun jadi kagak guna dong. Ya kan? Selain itu, provider juga akan dirugikan karena berkurangnya pemasukkan.
3. Bakalan susah update status nih atau browsing
Sekarang kan handphone uda melebarkan sayapnya, gak hanya bisa untuk sms ato telpon doang, tapi sekarang handphone melengkapi fitur-fiturnya, hingga ada browsernya, jejaring social, TV, dan lain-lain. Nah, ditambah lagi wabah untuk menggunakan jejaring sosial uda merebak luas ke seluruh daerah. Jadi gak afdol dong kalau gak punya akun di jejaring sosial. Nah, bagi yang ‘kecanduan’ untuk nge-jejaring sosial bakalan gak bisa lepas dari yang namanya handphone ini untuk update status.
Nah, di atas itu adalah hal yang buruk atau istilahnya yang negative yang bakalan terjadi. Tapi sekarang kita lihat dari sudut pandang yang berbeda, dari segi hal positifnya yang bakalan kita dapetin.
1. Mengurangi radiasi yang diterima oleh tubuh kita
Dengan penggunaan handphone, kita bakalan sering menerima radiasi yang dipancarkan oleh handphone itu sendiri, dan kalau lama-lama itu kita terkenanya, bakalan merusak jaringan yang terdapat pada tubuh kita. Bisa merusak otak kita, dan memicu terkena kanker. Jadi dengan kita ‘lepas’ dari handphone selama 100 hari ini, akan mengurangi radiasi yang akan diterima oleh tubuh kita. Sehingga memberikan kesempatan kepada tubuh kita untuk bekerja lebih optimal kembali.
2. Menghemat pengeluaran pulsa
Dengan menonaktifkan penggunaan handphone ini secara otomatis akan menekan biaya pengeluaran untuk beli pulsa. Kan secara hape aja gak dipake, pasti pulsanya juga gak dipake kan?
3. Menguntungkan bagi yang punya usaha wartel
Yap benar sekali. Dengan menonaktifkan hape ini, pasti kalo di tengah-tengah perjalanan, dan kita butuh untuk menelpon seseorang sedangkan kita gak bawa hape, wartellah adalah jalan keluarnya. Yap, dengan adanya wartel akan mempermudah untuk hubungi seseorang yang kita inginkan.
4. Mengurangi galau
Hei, para remaja!!! Sapa sih yang sekarang gak pernah diserang oleh virus yang namannya ‘galau’? Kalau ada yang merasa gak pernah, coba angkat tangan! *tengok kanan kiri* Yap, dengan tidak adanya handphone ini mengurangi frekuensi galau yang mendera diri kita. KEnapa ya? Mungkin selama adanya handphone, kita kan pasti sering sms atau telepon, atau mungkin aja secara dadakan diberi info oleh temen kita, dan itu membuat kita galau gak keruan. Ya kan? Ngaku hayo? Nah, makanya dengan tidak adanya handphone ini bakalan mengurangi frekuensi galau kita, kan susah banget untuk menghubungi :p
Nah, mungkin itu sih dari sudut pandang positifnya sih. Sebenarnya, segala hal negative itu pasti bakal ada jalan keluarnya kok. Misalnya, yang gak bisa update status dari handphone, kan masih bisa update status lewat laptop kan dengan menggunakan jaringan komputer. Terus, yang pedekate juga masih bisa surat-suratan lewat pos, jadi kembali ke jaman dulu, selain itu kan juga masih adanya jejaring sosial yang bisa kalian gunakan kan? Nah, oleh karena itu kita itu gak boleh ngeliat segala sesuatunya hanya dari satu sudut pandang aja, tetapi kita harus melihatnya dari segala sudut pandangnya. Dengan kita melakukan hal tersebut, bisa membuat kita menjadi lebih hati-hati dalam mengambil keputusan dan membuat kita menjadi orang yang lebih bijaksana.
Oke guys… Cukup sekian dulu ya. Kalau kalian ada masukkan atau mau nambahi atau juga ngoreksi hal ini, gak papa kok. Silakan comment di bawah ini. Makasih banyak lo ya..
See ya... :)
Wassalam
Mega Resty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar